Dengan menumpang angkutan umum, pada tahun 1986 Ifan berangkat dari kampung halamannya, di Desa Telaga Meuku 1, Kecamatan Banda Mulia, Kabupaten Aceh Tamiang untuk menuju Kota Medan, Sumatera Utara.
Sesampainya di Kota Medan, tepatnya di Terminal Pinang Baris, Ifan sempat merasa kebingungan lantaran sejak awal dirinya tidak memiliki arah tujuan pasti di Kota Medan.
Dalam kebingungannya itu, tiba-tiba Ifan di hampiri oleh seorang wanita pemilik warung nasi yang ada di Terminal. Dimana, wanita itu pun menanyakan tujuan Ifan yang begitu tampak kebingungan.
Kepada pemilik warung, Ifan pun menjelaskan dari mana ia berasal dan mengapa ia bisa sampai ke Kota Medan.
Mendengar penjelasan Ifan, pemilik warung merasa kasihan dan menawarkan Ifan untuk tinggal dengannya sekaligus membantunya berjualan di warung tersebut.
Ifan pun menyetujui tawaran pemilik warung. Di warung nasi itu, Ifan bekerja membantu mencuci piring kotor dan membersihkan warung selama hampir 2 tahun lamanya.
"Sejak Ayah meninggal dunia, saya seperti kehilangan rasa takut sama siapa pun. Makanya itu nekat pergi dari Kampung, syukurnya saat di Medan ada pemilik warung nasi di terminal yang mau memberi saya tempat tinggal dan pekerjaan," Jelas Ifan, Selasa (31/05/2023).
Tidak sampai disitu, Ifan juga menceritakan selama berada di Kota Medan, untuk bisa mendapatkan uang, dirinya juga sempat menjadi Pengamen serta penjual Air Mineral di persimpangan lampu merah.
"Selain bekerja jadi tukang cuci piring di warung nasi, saya juga pernah menjadi pengamen serta penjual air mineral di simpang lampu merah. Banyaklah pengalaman pahit yang saya lalui dulu di Medan," Ungkapnya.
Editor : Armia Jamil
Artikel Terkait