get app
inews
Aa Read Next : Bank Aceh Berikan Pelatihan Anyaman Tikar Tradisional Kepada Puluhan Warga Lhokseumawe

Pariwisata Kunci Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Kota Lhokseumawe

Selasa, 14 Februari 2023 | 22:41 WIB
header img
Resyi Azhari Pemerhati pariwisata di Kota Lhokseumawe. Foto: Ist

LHOKSEUMAWE, iNews.id - Setelah dulu dikenal dengan kota niaga, pada masa peradaban Teluk Samawi dan Kota Petro Dollar ketika masa berjayanya PT Arun, kini Kota Lhokseumawe seperti kehilangan identitasnya. Tidak ada lagi kekhasan yang dimiliki kota yang berluas 181 km2 itu, sehingga pantas dijuluki sebagai sebuah sebutan khusus. 

Semua itu diakibatkan oleh tidak adanya kemampuan kota dalam menyuguhkan sesuatu yang khas yang hanya dimiliki oleh kota  Lhokseumawe, tanpa dimiliki daerah lain di Aceh, apalagi kota se-Indonesia.

Bukan saja tidak mempunyai kekhasan, dewasa ini malah Kota Lhokseumawe mengalami keterpurukan dari berbagai sektor. Tata ruang jelek, pembangunan yang mangkrak, kenakalan pejabat yang melakukan korupsi, kumuhnya wajah kota membuat kota Lhokseumawe seakan tak bertuan. 

Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 1 tahun 2014 tentang rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe yang menjadi payung hukum dalam menjaga keseimbangan pemanfaatan ruang, belum berhasil mewujudkan tata ruang kota yang diidamkan semua warganya. Bahkan persoalan tata ruang saat ini sudah mengalami tumpang tindih sehingga berdampak pada konflik antara pemerintah dan masyarakat. 

Semrawutnya wajah kota, bangunan yang tidak difungsikan, jalanan yang berlubang, dll memerlukan perhatian serius dari pemerintah. Sehingga persoalan pembangunan ruang kota ini tidak menghambat pertumbuhan ekonomi, investasi dan percepatan pembangunan infrastruktur. 

Untuk membangun dan mengejar semua ketinggalan, pembangunan kota Lhokseumawe kedepannya dibutuhkan Master plan. Pembuatan Rencana Induk Kota Lhokseumawe tersebut, sebaiknya melibatkan para ahli tata ruang, sehingga tim tersebut nantinya akan mengkaji masalah  yang terdapat di Kota Lhokseumawe yang berkaitan dengan tata ruang. Apabila masalah pokok tersebut sudah teridentifikasi maka akan dibuatkan rancangan pemecahan masalah.

Tidak adanya kekhasan di Kota Lhokseumawe, bukan berarti tidak ada sesuatu yang khas yang bisa ditonjolkan. Sebaliknya, Kota yang berpenduduk sekitar 203.000 tersebut terdapat berbagai potensi dan komoditi yang seharusnya bisa menjadikan itu sebagai sesuatu yang khas. Lhokseumawe punya berbagai hasil alam, kuliner, kerajinan tangan, dan sebagainya. Hanya saja potensi dan komoditi tersebut tidak dapat dikembangkan secara optimal karena tidak memiliki ruang.

Berapa banyak UMKM yang selama ini terpaksa gulung tikar akibat tidak adanya ruang pemasaran, alat transportasi yang juga tidak berjalan akibat sepi penumpang, begitu juga seni budaya yang merupakan warisan khas leluhur hampir punah. Padahal potensi tersebut justru merupakan modal yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara langsung.

Jika kita melihat, di Kota Lhokseumawe terdeteksi memiliki belasan destinasi wisata. Di antaranya: Pulau Seumadu, Taman Ngieng Jioh, Islamic center, Bukit goa Jepang, Sungai Krueng Cunda, Pantai Ujong Blang, Pantai Ule Jalan, Pantai Meuraksa, Pantai Rancong, Waduk jeuleukat, Waduk Pusong, Taman Riyadhah, Buket Paloh Batee, Dermaga Pertamina, Pelabuhan Krueng Geukueh, Makam Putroe Neng, Museum Kota Lhokseumawe, dll. Dengan pengembangan dan memaksimalkan potensi wisata tersebut kemungkinan besar akan membuat Lhokseumawe mampu bangkit melawan semua keterpurukan selama ini. 

Pengembangan pada sektor pariwisata akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.  Selain itu, sektor tersebut terbilang cepat di dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Terbukanya lapangan kerja di sektor pariwisata memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang turut serta memberikan pelayanan kepada para wisatawan yang memerlukan jasanya. Baik itu untuk transportasi, perdagangan, pelaku seni, keagamaan dan lainnya.

Namun, yang harus digaris bawahi adalah, untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi lainnya yang sinergis dengan pariwisata, pengembangannya tidak cukup hanya membangun objek-objek wisata yang ada. Tetapi daya tarik wisata harus dibangun secara sinergis dengan memerhatikan fasilitas wisata, fasilitas umum, aksesibilitas/sarana prasarana yang memadai yang memudahkan wisatawan lebih mudah menjangkau destinasi tersebut. Dengan demikian hidupnya sektor pariwisata akan terdapat ruang bagi komoditi dan jasa lainnya. Seperti kegiatan UMKM, transportasi, keagamaan, seni budaya, souvenir dan lain sebagainya.

Belakangan ini beberapa destinasi wisata yang sudah dikelola, baik oleh masyarakat ataupun pemerintah. Misalnya, Gua jepang, Pantai Ujong Blang, Pulau Seumadu, Museum, dll, namun belum mampu memberikan dampak pertumbuhan ekonomi secara signifikan, seperti yang disebutkan di atas. Malah terkesan lebih berpotensi ekonomi wisata yang dikelola perorangan, seperti halnya Waterboom Taman Mangat Ceria yang selama ini tidak pernah sepi pengunjung. Kemungkinan hal tersebut dikarenakan tidak seriusnya pemerintah dalam membangun infrastruktur yang memadai, dan sulitnya akses yang harus ditempuh wisatawan untuk mencapai destinasi tersebut. 

Di sisi lain, hidupnya sektor pariwisata akan berimbas pada kebutuhan jasa yang meningkat. Hal tersebut akan mendorong kebutuhan peningkatan pendidikan dan ketrampilan penduduk. Secara tidak langsung masyakarat akan termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang selama ini dianggap tidak berpengaruh dalam kehidupannya. Diantaranya masyarakat menjadi lebih ingin mempelajari budaya serta adat istiadat agar bisa disajikan pada wisatawan, atraksi seni budaya yang disuguhkan, pengetahuan bahasa, dan berbagai keterampilan serta kerajinan tangan.

Selain untuk masyarakat, Pemerintah sendiri akan mendapatkan income berupa pajak penghasilan, sehingga menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang akan mendorong pembangunan di daerah. Jika itu sudah terbentuk, maka sektor pariwisata menjadikan salah satu peluang bagi para pemodal untuk berinvestasi.
Dari semua di atas, penulis berpendapat bahwa kedepannya Kota Lhokseumawe harus memiliki pemimpin yang berjiwa enterpreneur, yaitu orang yang memiliki ide kreatif dan inovatif sehingga mampu menciptakan sebuah bisnis yang sukses. Dengan jiwa tersebut, seorang enterpreneur akan mampu melihat semua potensi di Kota Lhokseumawe sebagai lahan bagi kemakmuran warganya.

Kesimpulannya adalah Wisata adalah kunci untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat kota Lhokseumawe saat ini. Dari itu pemerintah harus membuka mata dan melihat hal tersebut. Tak hanya memperhatikan masalah birokrasi, tetapi jeli melihat sumber pendapatan bagi masyarakat.

Editor : Armia Jamil

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut