Praktik Monopoli PT TDI dan Eksploitasi Lahan Gua Diduga Picu Rendahnya Debit Air

Cut Mery
Keterangan foto: lokasi PT Tirta Darussalam Internusa, Gampong Gampong Geundrieng, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar (Kamis, 21 September 2023).

 

BANDA ACEH, iNews.id - Berbagai spekulasi dan dugaan muncul ke publik terkait masalah kekeringan air di kolam penampungan Mata Ie. Selain disebabkan oleh aktivitas PT SBA,  dugaan kekeringan dipicu oleh keberadaan perusahaan “PT Tirta Darussalam Internusa” yang memproduksi minuman air mineral kemasan “Rych Water”. Lokasi perusahaan ini bersebelahan dengan kolam penampungan Mata Ie.

Pasca keringnya air di kolam penampungan Mata Ie, perusahaan tersebut masih beroperasi. PT Tirta Darussalam Internusa itu, diduga memiliki pipa yang terhubung pada sumber mata air pegunungan seperti yang dimiliki oleh penampungan kolam Mata Ie.

Pada saat musim kemarau, pihak perusahaan menutup aliran air ke kolam, agar air hanya dialiri ke perusahaan. Praktek monopoli air dilakukan dengan alasan, pihak perusahaan rutin membayar pajak ke daerah sehingga berhak memiliki stok air bersih untuk diproduksi menjadi minuman kemasan.

Media ini mencoba datang ke pabrik air kemasan tersebut (Jumat, 2/9/2023). Salah satu karyawan mengatakan pemilik perusahaan tidak di tempat. “Pemiliknya gak ditempat, dia orang Medan,” kata salah satu karyawan.

Lalu, karyawan itu menyuruh untuk berkomunikasi dengan penanggung jawab perusahaan di Aceh Besar bernama Putra, dengan nomor telpon 08116xxxxxx. Media inipun berupaya mengirim pesan WhatsApp. Dari konfirmasi tersebut pihak perusahaan meminta media melayangkan surat kepada pemilik perusahaan untuk izin wawancara.

Kamis, (14 September 2023) media ini kembali melakukan konfirmasi ulang menanyakan surat balasan, akan tetapi pihak perusahaan tidak bersedia untuk diwawancarai. “Wa’alaikum salam. Maaf kita belum bisa. Pimpinan juga nggak ada di tempat dan tidak bisa diwakili. Makasih,” balas Putra lewat pesan WhatsApp.


Keterangan foto: minuman kemasan Rych Water disuguhkan pada acara seminar di salah satu hotel Banda Aceh, Kamis, 21 September 2023. 
 
Rych Water, yang “dinahkodai”  Roger Leo selaku direktur perusahaan, saat ini sudah menjangkau hingga ke seluruh kabupaten/kota di Aceh. Minuman kemasan ini juga sering dijumpai di hotel-hotel yang ada Aceh, dan sering tampil menjadi sponsor pada berbagai event.

Direktur Deputi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh Nasir Buloh menyarankan kepada pemerintah  untuk mengendalikan pengambilan air yang dilakukan oleh perusahaan yang ada di Aceh Besar.  Sebab menurutnya, saat ini sering terjadi penyedotan air tanpa sepengetahuan pemerintah.

“Tapi kami yakin betul itu ada los air. Intinya harus dilakukan pengendalian. Misalnya selama dua belas bulan, dilihat bulan berapa yang kapasitas air mencukupi.  Kemudian selama kekeringan, itu diutamakan pengambilan air diutamakan untuk kebutuhan warga. Nah saat ini belum ada pengendalian itu, seharusnya ada,” kata Nasir.

Di saat bersamaan, eksploitasi lahan gua juga terus dilakukan oleh sejumlah oknum tak bertanggung jawab di kawasan tersebut. Fakta itu disampaikan oleh sumber anonim media ini. Katanya, bakda Magrib banyak mobil yang lalu lalang membawa batu kapur. Batu tersebut didapatkan dari gua yang berada di Mata Ie. Batuan ini menjadi bahan dasar untuk pembuatan nisan.

“Ya bisa dilihat kalau Magrib ada mobil bawa batu lewat kuburan Cina,” ungkapnya.

Lantas media ini berupaya menuju lokasi gua yang berlokasi di belakang kuburan Cina, pada Kamis, 21 September 2023.  Di sini memang sedang ada pengambilan batu alam, namun mereka tidak menggunakan alat berat dan lainnya, hanya menggunakan alat tradisional. Dari pengakuan masyarakat,  dulu sempat ada pengambilan batu atau galian C dengan menggunakan dengan alat berat.  Setelah kegiatan pengambilan batu alam tidak dilanjutkan, barulah mulai mengambil batu alam dengan cara tradisional. 

“Surat  izin nya udah gak ada lagi, jadi sekarang kita ambil seadanya aja,” kata salah satu warga.

 


Keterangan Foto: aktivitas pengambilan batu alam masih berlanjut di salah satu gua yang ada di kawasan Mata I, Aceh Besar (Kamis, 21 September 2023). 

Batu-batu alam ini, kemudian di ambil oleh tukang pemahat nisan. Jika berjalan menuju arah Jalan Seutui, Kecamatan Baiturrahman, kota Banda Aceh, makan akan dijumpai toko-toko pemahat batu alam yang dijual dengan harga bervariasi tergantung dari model dan ukuran nisan yang di pesan. 

Sementara itu, berdasarkan data Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAKA), kehilangan tutupan  (Forest Loss) di seluruh wilayah Aceh Besar relatif kecil dan trennya menurun. Pada 2020, forest loss di Aceh Besar  tercatat seluas 561 hektar (Ha), 2021= 282 Ha, dan 2022= 242 Ha.


Keterangan : Peta tutupan Forest loss di Aceh Besar pada 2023. 

Untuk wilayah Mata Ie dan landscape karst-nya, secara administrasi berada di antara Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Lhoknga, dan Kecamatan Peukan Bada.


Keterangan : peta dari hasil Google Earth yang menunjukan lokasi Mata Ie dan landcape karst. 
 
 
Forest loss ditandai dengan polygon warna merah. Berdasarkan peta, tidak terdeteksi adanya forest loss di sekitaran Mata Ie dari 2020-2022.

Keterangan peta: tidak ada polygon atau tanda merah yang menunjukan deforestasi atau kehilangan tutupan hutan di Mata Ie dan sekitarnya. 

 

 

 

Editor : Armia Jamil

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network