LHOKSEUMAWE, inews Lhokseumawe id - PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut melalui melalui Integrated Terminal (IT) Lhokseumawe berkomitmen dalam pemberdayaan masyarakat dengan mendukung inovasi pakan udang mandiri berbahan limbah organik bagi petani tambak di Gampong Padang Sakti, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Jumat (7/03/2025).
IT Manager Lhokseumawe, Revi Mei Arisandi mengatakan program ini sejalan dengan komitmen perusahaan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya di sektor pemberdayaan ekonomi dan lingkungan. Selain itu, inovasi ini juga hadir sebagai solusi atas tantangan yang dihadapi para petambak, terutama tingginya biaya pakan komersial yang menjadi kendala utama dalam usaha budidaya udang.
“Kami berharap inisiatif ini dapat menjadi model yang direplikasi oleh kelompok petani tambak lainnya, sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas. Selain meningkatkan kemandirian petambak, program ini juga mendorong prinsip ekonomi sirkular dengan pemanfaatan limbah menjadi sumber daya yang bernilai," ujar Revi.
Ia menjelaskan, dengan memanfaatkan limbah pasar berupa jeroan ikan dan ayam, serta ikan rucah sebagai bahan baku utama, inovasi ini dapat mengurangi ketergantungan petambak pada pakan komersial dan berkontribusi dalam pengurangan limbah pasar sebesar 2,250 ton per tahun.
Melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan teknis, para petani tambak dibekali pengetahuan mengenai formulasi pakan alternatif, teknik pengolahan limbah, pemilihan bahan baku, pencampuran, pembentukan pellet, pengeringan, penyimpanan serta manajemen pemberian pakan yang lebih efisien. Hasilnya, produksi pakan mandiri ini mampu menekan biaya operasional hingga Rp3.682.000 per siklus, sekaligus meningkatkan produktivitas tambak.
"Dengan sinergi berbagai pihak, Pertamina Patra Niaga optimis bahwa program ini dapat menjadi salah satu upaya nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” kata Revi.
Ke depan, program ini direncanakan menjadi pusat studi budidaya udang di wilayah Lhokseumawe pada tahun 2028, berfungsi sebagai tempat pelatihan dan penelitian bagi petani, akademisi, dan pihak lain yang tertarik. Langkah ini diharapkan dapat memperluas dampak positif program dan mendukung replikasi di wilayah lain sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas.
Sementara itu, Petani Tambak di Gampong Padang Sakti, Muhrizal, mengatakan bahwa inovasi ini membawa perubahan besar bagi kelompoknya. Sebelumnya, ia kesulitan melanjutkan usaha karena harga pakan komersial sangat mahal.
“Tambak-tambak di Gampong Padang Sakti ini dikelola oleh 15 kelompok petani beranggotakan 4 hingga 6 orang. Berkat pendampingan yang diberikan, kami bisa membuat pakan sendiri dengan bahan yang mudah didapat dan murah. Sekarang tambak kami kembali berproduksi dan hasil panennya pun lebih baik,” ucap Muhrizal.
Program ini juga selaras dengan berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dalam aspek ekonomi, inisiatif ini mendukung SDGs 1 (Tanpa Kemiskinan) dan SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dengan mendorong kemandirian petani tambak, menciptakan peluang usaha baru, serta menekan biaya produksi. Selain manfaat ekonomi, program ini juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Dengan memanfaatkan limbah organik yang sebelumnya berpotensi mencemari, inisiatif ini mendukung SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) serta SDGs 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Pengolahan limbah menjadi pakan udang tidak hanya mengurangi jumlah sampah organik yang terbuang, tetapi juga menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan limbah yang tidak terkelola.***
Editor : Armia Jamil
Artikel Terkait